Selasa, 12 Juni 2012

Cerpen


Seberkas Cinta Sepanjang Pantai
Gemuruh ombak menghempas bebatuan di tepi pantai, semilir hembusan angin sepoi-sepoi di pantai menghempas melewati wajah yang penuh dengan tetes air mata akan cinta. Seakan aku ingin melompat dari tebing ini dan mengakhri rasa sakit dalam hati yang telah lama ku pendam. Aku menjerit dengan kerasnya dan berharap doaku akan Tuhan, dikabulkan “Tuhan… mengapa ini harus aku alami? Mengapa kau berikan kepedihan ini kepada diriku Tuhan, kenapa kau tak mengambil diriku” teriakku ke laut lepas. “Apa kamu ingin Mati, bodohnya kamu, Banyak orang yang rela mengelurkan uang bermilyar-milyar hanya untuk hidup lebih lama, tapi mengapa kamu yang diberikan hidup menginginkan Mati” teriak sosok pria yang membuat aku berfikir lebih dalam. Dia semakin mendekat dan berkata kepadaku “Hidup pasti ada lobang, dimana kita dapat melewati lobang itu, semakin indah hidup ini”. Aku pun hanya terdiam dalam kesedihan.
          Tak berapa lama, dia duduk disampingku, seolah dia marah kepadaku akan sikapku yang putus asa. Dia menceritakan sebuah kenyataan yang lebih menykitkan dari pada diriku. Aku hanya dapat meneteskan air mata, aku menyesal kenapa aku bertindak sebodoh ini karena di tinggal oleh laki-laki yang menghianati diriku, sehingga aku berfikir mengakhiri hidup adalah jalan yang terbaik bagiku. “ Menangislah diatas pundakku, jika itu dapat membuat kamu puas, dan berteriaklah sekencang mungkin jika kamu itu dapat membuat kamu bahagia ” katanya kepadaku. Aku pun mengikutu perintahnya kepadaku, aku berteriak sekencang-kencangnya, dan menangis di pundaknya. Diapun hanya terdiam dan tersenyum, menatap apa yang aku lakuakan.
          Tidak lama dia mengajakku turun dari tebing, dia menuntunku menuruni jalan yag berbatuan, seakan sudah lama dia mengenalku, diapun memegang tanganku saat aku akan terjatuh. Diperjalanan menuju pantai yang berpasir aku menceritakan apa yang aku alami, dia memberikan semangat kepadaku bahwa tak ada gunanya kita memikirkan orang yang telah menyakiti diri kita. Disaat itulah kau mulai berfikir lebih dewasa karena aku bberlibur kepantai ini untuk bersenang-senang bukan untuk mengakhiri hidupku. Aku diajaknya berjalan menyusuri pantai dengan saling mengenal satu sama lain. Baru kutau dia adalah Anton, sosok pria yang dapat membuat aku berfikir kedepan. Anton adalah pelukis yang terkenal dia daerah sekitar pantai ini. Aku sangat beruntung dapat berjumpa dengan Anton. Di sepanjang jalan Anton menceritakan seisi keindahan yang ada di sekitar pantai ini. Dan dia berjanji akan mengantarku berkeliling untuk melupakan beban yang ada di hati.
          Menjelang malam Anton memperlihatkan keidahan yang dapat kita nikmati dengan menatap bintang yang berkilau di gelap malam seiring perginya sang surya. “ Indah sekali dapat menatap matahari terbenan di pantai ini ya Anton” kataku kepada Anton. “ Apa kamu tidak menyesal seandainya kamu tadi melompat dan tidak menikmati keidahan Pantai ini  “, kata Anton kepadaku. Seiring berlarutnya kecerahan matahari tergantikan oleh gemerlap bintang yang memancarkan keindahan di gelapnya laut lepas membuat hati menjadi lebih tenang untuk menyusuri sepanjang pantai. Hingga malam aku diantarkan Anton ketempat peristirahatan yang sudah aku sewa sebelumnya.
          Cahaya pagi yang memancarkan cahaya, ku menatap sosok pria yang sedang duduk ditepi pantai dengan menyambut sang surya, ku berfikir siapakan sosok pria itu yang sudah berkunjung di tepi pantai sepagi ini. Aku segera turun dan berjalan menuju pantai aku berharap dapat menikmati keindahan sang surya yang dapat muncul dengan sejuknya hembusan pagi. Aku berjalan semakin mendekat kesosok pria tersebut namun semakin mendekat aku mendengara kata-kata kesedihan dari dia “Tuhan akankah hari esok aku dapat menatap fajar seperti hari ini Tuhan” katanya, aku berfikir mungkin dia juga sedang mendapat masalah. Setalah aku berada di belakang nya ternyata sosok pria itu adalah Anton aku berfikir mengapa Anton berbicara begitu. “Apa maksud dari katamu Anton? Mengapa kamu berfikir bahwa besok kamu sudah tak dapat lagi menatap pagi” kataku kepada Anton. Namun dia hanya diam dan berlari sambil memegang tanganku. Aku pun berlari dan mengejar Anton, Anton mengajakku berkeliling menikmati keindahan yang ada di sekitar pantai ini.
          Hari demi hari aku berkeliling dan bercanda ria dengan Anton menelusuri sekeliling pantai, namun hari ini aku harus kembali ketempat asalku. Aku tak tau entah sampai kapan aku dapat kembali lagi berjumpa dengan Anton. Dipengujung perpisahan, Anton mengantarkan aku hingga pintu keluar wisata. Berhari-hari bersama Anton membuat aku tak ingin berpisah dengan Anton, sehingga perpisahanku dengan Anton membuat aku meneteskan air mata yang begitu mendalam. Namun sebelum aku berpisah dengan Anton, aku sempat memberikan nomer teleponku kepada Anton dan berharap aku bisa tetap menjalin bersahabatan dengan Anton. Kring…krig… bunyi hanphonku menandakan ada sms, tak kusangka sms itu dari Anton yang berisikan ucapan cinta yang berharap akan dapat berjumpa dengan ku kembali. Aku sangat terkejut dan aku berjanji akan berjumpa dengan Anton kembali.
          Berbulan-bulan aku menjalin hubungan dengan Anton melalui jarak jauh, kami saling menghubungi satu sama lain. Sehingga membuat aku semakin rindu akan bersama-sama Anton saat dipantai dan menikmati keindahan cinta yang terjalin bersamnya saat berada di panti dengan Anton. Namun pagi ini entah kenapa hati ku merasa ganjal akan sms dari Anton yang tak seperti biasanya, saat aku mencoba menghubungi dia selalu memutuskan, aku berfikir apa yang terjadi pada Anton. Namun setiap aku bertanya dia berkata sedang ganguan jaringan untuk satu minggu kedepan. Aku pun bisa menerimanya namun, yang menjadi pertanyaan pada diriku mengapa sms dari Anton sekarang berubah.
          Sudah satu minggu Anton berubah dalam berkomunikasi, setiap aku mencoba menghubungi dia berkata masih ganguan. Akhirnya saat akhir pekan aku memutuskan untuk datang menjumpai Anton, namun tanpa memberitahukan Anton. Aku berharap Anton  senang saat melihat aku datang tiba-tiba. Sesampainya  di pantai, aku segera menuju ketempat kerja Anton aku menatap sosok wanita yang ada disana saat aku mendekat dan mengucapkan sapaan, dia segra membalikan pandangannya dan menjawab salamku. “ Apakah Anton ada, saya ingin berjumpa dengan Anton” kataku. “Maaf Anton siapa ya? Ini Galeri milik kakak saya Putra” balasnya. Aku terkejut dengan ini semua namun aku tak percaya aku segera masuk dengan memaksa, dan wanita itu melarangku. Namun aku menatap sosok lukisan wanita yang begitu banyak terpampang didinding adalah wajahku. Aku marah kepada sosok wamita itu, dan aku memohon untuk menunjukkan siapa yang telah melukiskan wajahku pada lukisan itu. Namun setelah aku menjelaskan siapa diriku, wanita itu langsung memelukku, dia menangis mengiringi tangisanku yang dari tadi mengalirkan air mata. “Anton adalah kakak saya, namun dia sudah tak ada lagi dibumi ini, kak Anton sudah satu minggu yang lalu pergi karena penyakit yang dia deritanya” kata wanita yang mengaku dirinya adalah adik Anton. “Gak mungkin kamu bohongkan, baru kemarin dia saya hubungi, tidak mungkin sekarang dia sudah tidak ada” kataku kepadanya. Sosok wanita itu segera pergi dan mengambil sebuah album foto, kubuka satu demi satu isi foto itu dan ku tatap semuanya isi foto Anton saat dirawat dirumah sakit, aku tak sanggup berdiri seketika aku layu tak dapat berdirii kembali.
          Tangis yang mengalir dari pipiku semakin pecah saat aku terbangun dari pinsanku akan kepergiannya. Aku tak sanggup menahan tetesan akan kepergian Anton. Aku dibimbing oleh adik Anton yang selama satu minggu ini yang berpura-pura menjadi Anton, tuk menuju tempat peristirahatan Anton. Saat aku berjalan menuju taman pemakaman aku di hadapkan akan kenyataan nisan yang bertuliskan Anto Putra yang telah meninggal satu minggu kemarin. Aku tak sanggup berbuat apapun, aku hanya duduk memeluk nisan Anton, dan meneteskan air mata yang tak henti-hentinya.
          Setelah kepergian Anton yang membuat luka di Hati ini semakin sakit, aku tak tau kapan aku kan bangkit dari kepurukan ini. Ku berjalan tuk meninggalkan kisahku bersama Anton. Kubawa secarik lukisan, diriku dengan Anton tuk menjadi bukti adanya cinta yang pernah terjalin dengan sosok penghibur hati yang memberikan keindahan untuk aku hidup lebih lama lagi.
          Sudah satu bulan lebih Anton meninggalkan diriku, namun begitu sulit aku melupakannya. Seakan baru kemarin aku mengenalnya dan baru hari ini dia pergi meninggalkan diriku dalam kesendirian. Dan tak tau entah sampai kapan hati ini akan bangkit kembali karena kepergian Anton, sosok cinta yang ada dalam diriku hanya dalam hitungan waktu bersamnya.

By : Dhimas Hantoni            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar