Seberkas Cinta Sepanjang Pantai
Gemuruh ombak menghempas bebatuan di tepi pantai,
semilir hembusan angin sepoi-sepoi di pantai menghempas melewati wajah yang
penuh dengan tetes air mata akan cinta. Seakan aku ingin melompat dari tebing
ini dan mengakhri rasa sakit dalam hati yang telah lama ku pendam. Aku menjerit
dengan kerasnya dan berharap doaku akan Tuhan, dikabulkan “Tuhan… mengapa ini
harus aku alami? Mengapa kau berikan kepedihan ini kepada diriku Tuhan, kenapa
kau tak mengambil diriku” teriakku ke laut lepas. “Apa kamu ingin Mati,
bodohnya kamu, Banyak orang yang rela mengelurkan uang bermilyar-milyar hanya
untuk hidup lebih lama, tapi mengapa kamu yang diberikan hidup menginginkan
Mati” teriak sosok pria yang membuat aku berfikir lebih dalam. Dia semakin
mendekat dan berkata kepadaku “Hidup pasti ada lobang, dimana kita dapat
melewati lobang itu, semakin indah hidup ini”. Aku pun hanya terdiam dalam
kesedihan.
Tak berapa lama, dia duduk
disampingku, seolah dia marah kepadaku akan sikapku yang putus asa. Dia
menceritakan sebuah kenyataan yang lebih menykitkan dari pada diriku. Aku hanya
dapat meneteskan air mata, aku menyesal kenapa aku bertindak sebodoh ini karena
di tinggal oleh laki-laki yang menghianati diriku, sehingga aku berfikir
mengakhiri hidup adalah jalan yang terbaik bagiku. “ Menangislah diatas
pundakku, jika itu dapat membuat kamu puas, dan berteriaklah sekencang mungkin
jika kamu itu dapat membuat kamu bahagia ” katanya kepadaku. Aku pun mengikutu
perintahnya kepadaku, aku berteriak sekencang-kencangnya, dan menangis di
pundaknya. Diapun hanya terdiam dan tersenyum, menatap apa yang aku lakuakan.
Tidak lama dia mengajakku turun dari
tebing, dia menuntunku menuruni jalan yag berbatuan, seakan sudah lama dia
mengenalku, diapun memegang tanganku saat aku akan terjatuh. Diperjalanan
menuju pantai yang berpasir aku menceritakan apa yang aku alami, dia memberikan
semangat kepadaku bahwa tak ada gunanya kita memikirkan orang yang telah
menyakiti diri kita. Disaat itulah kau mulai berfikir lebih dewasa karena aku
bberlibur kepantai ini untuk bersenang-senang bukan untuk mengakhiri hidupku.
Aku diajaknya berjalan menyusuri pantai dengan saling mengenal satu sama lain.
Baru kutau dia adalah Anton, sosok pria yang dapat membuat aku berfikir kedepan.
Anton adalah pelukis yang terkenal dia daerah sekitar pantai ini. Aku sangat
beruntung dapat berjumpa dengan Anton. Di sepanjang jalan Anton menceritakan
seisi keindahan yang ada di sekitar pantai ini. Dan dia berjanji akan
mengantarku berkeliling untuk melupakan beban yang ada di hati.
Menjelang malam Anton memperlihatkan
keidahan yang dapat kita nikmati dengan menatap bintang yang berkilau di gelap
malam seiring perginya sang surya. “ Indah sekali dapat menatap matahari
terbenan di pantai ini ya Anton” kataku kepada Anton. “ Apa kamu tidak menyesal
seandainya kamu tadi melompat dan tidak menikmati keidahan Pantai ini “, kata Anton kepadaku. Seiring berlarutnya
kecerahan matahari tergantikan oleh gemerlap bintang yang memancarkan keindahan
di gelapnya laut lepas membuat hati menjadi lebih tenang untuk menyusuri
sepanjang pantai. Hingga malam aku diantarkan Anton ketempat peristirahatan
yang sudah aku sewa sebelumnya.
Cahaya pagi yang memancarkan cahaya,
ku menatap sosok pria yang sedang duduk ditepi pantai dengan menyambut sang
surya, ku berfikir siapakan sosok pria itu yang sudah berkunjung di tepi pantai
sepagi ini. Aku segera turun dan berjalan menuju pantai aku berharap dapat
menikmati keindahan sang surya yang dapat muncul dengan sejuknya hembusan pagi.
Aku berjalan semakin mendekat kesosok pria tersebut namun semakin mendekat aku
mendengara kata-kata kesedihan dari dia “Tuhan akankah hari esok aku dapat
menatap fajar seperti hari ini Tuhan” katanya, aku berfikir mungkin dia juga
sedang mendapat masalah. Setalah aku berada di belakang nya ternyata sosok pria
itu adalah Anton aku berfikir mengapa Anton berbicara begitu. “Apa maksud dari
katamu Anton? Mengapa kamu berfikir bahwa besok kamu sudah tak dapat lagi
menatap pagi” kataku kepada Anton. Namun dia hanya diam dan berlari sambil
memegang tanganku. Aku pun berlari dan mengejar Anton, Anton mengajakku
berkeliling menikmati keindahan yang ada di sekitar pantai ini.
Hari demi hari aku berkeliling dan
bercanda ria dengan Anton menelusuri sekeliling pantai, namun hari ini aku
harus kembali ketempat asalku. Aku tak tau entah sampai kapan aku dapat kembali
lagi berjumpa dengan Anton. Dipengujung perpisahan, Anton mengantarkan aku
hingga pintu keluar wisata. Berhari-hari bersama Anton membuat aku tak ingin berpisah
dengan Anton, sehingga perpisahanku dengan Anton membuat aku meneteskan air
mata yang begitu mendalam. Namun sebelum aku berpisah dengan Anton, aku sempat
memberikan nomer teleponku kepada Anton dan berharap aku bisa tetap menjalin
bersahabatan dengan Anton. Kring…krig… bunyi hanphonku menandakan ada sms, tak
kusangka sms itu dari Anton yang berisikan ucapan cinta yang berharap akan
dapat berjumpa dengan ku kembali. Aku sangat terkejut dan aku berjanji akan
berjumpa dengan Anton kembali.
Berbulan-bulan aku menjalin hubungan
dengan Anton melalui jarak jauh, kami saling menghubungi satu sama lain.
Sehingga membuat aku semakin rindu akan bersama-sama Anton saat dipantai dan
menikmati keindahan cinta yang terjalin bersamnya saat berada di panti dengan Anton.
Namun pagi ini entah kenapa hati ku merasa ganjal akan sms dari Anton yang tak
seperti biasanya, saat aku mencoba menghubungi dia selalu memutuskan, aku
berfikir apa yang terjadi pada Anton. Namun setiap aku bertanya dia berkata
sedang ganguan jaringan untuk satu minggu kedepan. Aku pun bisa menerimanya
namun, yang menjadi pertanyaan pada diriku mengapa sms dari Anton sekarang
berubah.
Sudah satu minggu Anton berubah dalam
berkomunikasi, setiap aku mencoba menghubungi dia berkata masih ganguan. Akhirnya
saat akhir pekan aku memutuskan untuk datang menjumpai Anton, namun tanpa
memberitahukan Anton. Aku berharap Anton senang saat melihat aku datang tiba-tiba.
Sesampainya di pantai, aku segera menuju
ketempat kerja Anton aku menatap sosok wanita yang ada disana saat aku mendekat
dan mengucapkan sapaan, dia segra membalikan pandangannya dan menjawab salamku.
“ Apakah Anton ada, saya ingin berjumpa dengan Anton” kataku. “Maaf Anton siapa
ya? Ini Galeri milik kakak saya Putra” balasnya. Aku terkejut dengan ini semua
namun aku tak percaya aku segera masuk dengan memaksa, dan wanita itu
melarangku. Namun aku menatap sosok lukisan wanita yang begitu banyak
terpampang didinding adalah wajahku. Aku marah kepada sosok wamita itu, dan aku
memohon untuk menunjukkan siapa yang telah melukiskan wajahku pada lukisan itu.
Namun setelah aku menjelaskan siapa diriku, wanita itu langsung memelukku, dia
menangis mengiringi tangisanku yang dari tadi mengalirkan air mata. “Anton
adalah kakak saya, namun dia sudah tak ada lagi dibumi ini, kak Anton sudah
satu minggu yang lalu pergi karena penyakit yang dia deritanya” kata wanita
yang mengaku dirinya adalah adik Anton. “Gak mungkin kamu bohongkan, baru
kemarin dia saya hubungi, tidak mungkin sekarang dia sudah tidak ada” kataku kepadanya.
Sosok wanita itu segera pergi dan mengambil sebuah album foto, kubuka satu demi
satu isi foto itu dan ku tatap semuanya isi foto Anton saat dirawat dirumah
sakit, aku tak sanggup berdiri seketika aku layu tak dapat berdirii kembali.
Tangis yang mengalir dari pipiku
semakin pecah saat aku terbangun dari pinsanku akan kepergiannya. Aku tak
sanggup menahan tetesan akan kepergian Anton. Aku dibimbing oleh adik Anton
yang selama satu minggu ini yang berpura-pura menjadi Anton, tuk menuju tempat
peristirahatan Anton. Saat aku berjalan menuju taman pemakaman aku di hadapkan
akan kenyataan nisan yang bertuliskan Anto Putra yang telah meninggal satu
minggu kemarin. Aku tak sanggup berbuat apapun, aku hanya duduk memeluk nisan
Anton, dan meneteskan air mata yang tak henti-hentinya.
Setelah kepergian Anton yang membuat
luka di Hati ini semakin sakit, aku tak tau kapan aku kan bangkit dari
kepurukan ini. Ku berjalan tuk meninggalkan kisahku bersama Anton. Kubawa
secarik lukisan, diriku dengan Anton tuk menjadi bukti adanya cinta yang pernah
terjalin dengan sosok penghibur hati yang memberikan keindahan untuk aku hidup
lebih lama lagi.
Sudah satu bulan lebih Anton
meninggalkan diriku, namun begitu sulit aku melupakannya. Seakan baru kemarin
aku mengenalnya dan baru hari ini dia pergi meninggalkan diriku dalam
kesendirian. Dan tak tau entah sampai kapan hati ini akan bangkit kembali
karena kepergian Anton, sosok cinta yang ada dalam diriku hanya dalam hitungan
waktu bersamnya.
By : Dhimas Hantoni